Warga Indonesia sudah kecanduan nonton YouTube di Hp. Sepanjang tahun 2023, tercatat orang Indonesia paling banyak menghabiskan waktunya di Hp untuk menonton YouTube dibanding aplikasi lainnya.
Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru 'Media State of Mobile 2024' yang dirilis Data.AI pada awal tahun ini.
Laporan tersebut menunjukkan orang Indonesia paling banyak menghabiskan waktunya di platform layanan video milik Google tersebut dengan total waktu 69,9 miliar jam sepanjang tahun lalu. Durasi itu meningkat 3 persen secara tahun ke tahun atau year on year (YoY).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, bagaimana ciri-ciri seseorang kecanduan YouTube?
ADVERTISEMENT
YouTube merupakan platform berbagi video yang populer dengan menawarkan beragam konten, mulai dari hiburan dan pendidikan hingga vlog dan tutorial. Mirip dengan kecanduan video game atau kecanduan internet, penggunaan YouTube yang berlebihan dapat membuat ketagihan karena sifatnya yang menarik serta rekomendasi video yang dipersonalisasi.
'Kecanduan YouTube' secara resmi belum diakui oleh organisasi kesehatan mental seperti American Psychiatric Association (APA). Namun penggunaan internet yang berlebihan ditangani dengan istilah yang lebih luas seperti 'Internet Use Disorder'.
Obsesi terhadap YouTube berpotensi memenuhi beberapa kriteria untuk gangguan kecanduan, karena melibatkan unsur-unsur gangguan kontrol, keasyikan, dan konsekuensi kehidupan yang negatif.
Berikut adalah ciri-ciri kecanduan YouTube, mengutip laman Choosing Therapy:
a) Menonton secara berlebihan: Membuang waktu yang tidak proporsional di YouTube, sering kali mengabaikan tanggung jawab dan aktivitas lain.
b) Menonton secara kompulsif: Merasakan dorongan atau paksaan yang kuat untuk menonton video di YouTube, bahkan ketika tidak direncanakan atau tidak nyaman.
c) Mengabaikan tanggung jawab: Mengabaikan tugas penting, pekerjaan, sekolah, atau komitmen sosial demi menonton video YouTube.
d) Keasyikan: Terus-menerus memikirkan YouTube, merencanakan video apa yang akan ditonton berikutnya, dan dengan penuh semangat menantikan momen menonton berikutnya.
e) Kehilangan kontrol: Merasa sulit untuk mengontrol jumlah waktu yang dihabiskan di YouTube, sering kali berniat untuk menonton sebentar tetapi akhirnya menonton berjam-jam.
f) Gejala menarik diri: Merasa mudah tersinggung, cemas, atau gelisah ketika tidak dapat mengakses YouTube, dan mengalami kebutuhan yang kuat untuk kembali menonton.
h) Penggunaan yang meningkat: Secara bertahap menambah waktu yang dihabiskan di YouTube untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama.
i) Mengabaikan minat: Kehilangan minat pada hobi, aktivitas, dan interaksi yang dulunya menyenangkan karena fokus pada konsumsi YouTube.
j) Merusak pola tidur: Begadang untuk menonton video, mengganggu pola tidur dan menyebabkan kelelahan dan kantuk di siang hari.
k) Mengabaikan interaksi di kehidupan nyata: Memprioritaskan interaksi online dan konsumsi konten daripada menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman.
l) Menutupi aktivitas menonton: Mencoba menyembunyikan tingkat penggunaan YouTube dari orang lain karena malu atau takut dihakimi.
m) Terus menggunakan meskipun tahu konsekuensinya: Terus menerus menggunakan YouTube meskipun hal tersebut mengarah pada hasil yang negatif, seperti prestasi akademis atau pekerjaan yang buruk, hubungan yang tegang, atau masalah kesehatan fisik.
n) Kesulitan berhenti menggunakan YouTube: Upaya menghentikan atau mengontrol penggunaan YouTube tidak berhasil, meskipun sudah menyadari dampak negatifnya terhadap kehidupan.
o) Kehilangan minat dalam aktivitas offline: Kehilangan antusiasme untuk melakukan kegiatan di luar ruangan, berolahraga, atau melakukan hobi yang dulunya menarik dan memuaskan.
Francisca Hermawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dalam makalahnya pada 2022 mengungkap YouTube memang berpotensi memberi dampak kecanduan dan menimbulkan faktor kemelekatan (attachment).
Hal itu terungkap dalam 'Analisis minat masyarakat pengguna platform YouTube sebagai media komunikasi digital masa kini' dengan menggunakan responden 330 orang dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan pekerja.
"Secara psikologis YouTube menimbulkan kemelekatan terhadap penggunanya. Jumlah ini mencapai 20,9 persen responden," tulisnya.
Rinciannya, sebagian kecil pengguna YouTube (2,4 persen) merasa mengalami ketagihan ekstrem terhadap YouTube; 18,5 persen mengalami ketagihan yang lebih rendah kadarnya.
"Namun sebagian besar tidak mengalami [ketagihan parah]," lanjutnya.
Studi itu juga mengungkap, sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari muatan hiburan, baik yang menjadi konsumen atau penonton pasif (56,8persen), maupun para pengelola yang aktif (content creator) atau produsen-konsumen (43,6persen).
Selain itu, warga RI pada dasarnya lebih suka menonton ketimbang membaca. Data UNESCO menyebut cuma 0,001persenwarga Indonesia yang memiliki minat baca. Artinya, cuma 1 dari 1000 orang Indonesia yang suka dan aktif membaca.
(tim/dmi)