Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tak ingin Negeri Beruang Merah dan China memiliki relasi yang harmonis.
Komentar Lavrov menanggapi pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, yang ingin bekerja sama dengan mitra di Eropa dan Asia melawan pengaruh Rusia-China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Doktrin Amerika Serikat dan NATO mengatakan Rusia dan China merupakan ancaman," ujar Lavrov di sela-sela pertemuan Menlu ASEAN dan mitra di Jakarta, Kamis (13/7).
Lavrov juga mengutip pernyataan Stoltenberg yang menyebut hubungan Rusia dan China menjadi ancaman bagi NATO.
ADVERTISEMENT
"Jadi, mereka tak ingin kita punya hubungan apa pun. [Ini] menegaskan satu lagi relevansi ujian bagi kita dan dengan mitra kami untuk melawan kolonialisme zaman modern," ujar Menlu Rusia itu.
Di kesempatan itu, Lavrov juga menyinggung soal Piagam PBB yang menerangkan semua negara menghormati dan menghargai kedaulatan negara lain.
Lavrov berada di Indonesia untuk menghadiri ASEAN Ministerial Meeting-Post Ministerial Conference (AMM-PMC) di Jakarta, pekan ini.
Kehadiran dia menjadi sorotan lantaran invasi Rusia di Ukraina sejak Februari 2022.
NATO sementara itu juga baru selesai menggelar konferensi tingkat tinggi di Vilnius, Lithuania pada 11-12 Juli.
Pada Selasa, NATO mengecam "kebijakan koersif" China dan memperdalam kemitraan strategis dengan Rusia.
Komunike yang disetujui 31 anggota NATO menyebut CHina membangun kekuatan militer, memperkuat narasi palsu Rusia soal perang di Ukraina, dan menciptakan kekuatan ekonomi untuk membuat ketergantungan serta meningkatkan pengaruh, demikian dikutip South China Morning Post (SCMP).
(isa/bac)