Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura II (Persero) mencatat penumpang sepanjang arus mudik dan balik di Bandara Soekarno-Hatta menembus 3 juta penumpang antara H-8 hingga H+6 Hari Raya Idul Fitri. Angka ini tercatat meningkat 5,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 2,83 juta penumpang.
Meski demikian, arus penumpang ini tak seiring dengan pertumbuhan pesawat. Data AP II menunjukkan, total pergerakan pesawat antara H-8 hingga H+2 Idul Fitri kali ini tercatat 19.907 pendaratan dan lepas landas (
landing/take off) atau hanya tumbuh 1,11 persen ketimbang tahun sebelumnya yakni 19.694
landing/take off.Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin beralasan penurunan ini lantaran kebijakan bandara yang membatasi jumlah pesawat kecil.
"Dengan jumlah penumpang yang melonjak hampir 6 persen, tapi pertumbuhan pergerakannya hanya 1,11 persen. Ini artinya sekarang maskapai sudah mulai meningkatkan utilisasi unitnya," ujar Awaluddin di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (23/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semakin membaiknya utilisasi, lanjut dia, juga berpengaruh terhadap jumlah pesawat tambahan yang hilir-mudik di Bandara Soekarno-Hatta. Adapun, data AP II mencatat penerbangan tambahan sepanjang H-8 hingga H+6 sebanyak 561 pesawat, atau justru menurun 14,6 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu 657 pesawat.
Awaluddin melanjutkan, perbaikan utilisasi pesawat ini disebabkan karena kebijakan AP II yang sudah meminta maskapai untuk mengganti operasi pesawat
small body (kecil) ke
narrow body (berbadan sempit) dan
wide body (berbadan lebar) di Bandara Soekarno-Hatta dalam tiga tahun belakangan. Selain itu, status Seokarno-Hatta sebagai bandara besar pun sebetulnya tidak cocok untuk mengoperasikan pesawat kecil.
"Makanya selama dua tahun ini kami tata jenis pesawat yang beroperasi di Soekarno-Hatta, dan pesawat yang
small body kami pindahkan ke Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Kertajati," imbuh dia.
Pergeseran ini dianggap bisa meminimalisasi biaya operasional maskapai dan mengoptimalkan oeprasional bandara. Setidaknya, ia mendapat laporan bahwa pergerakan pesawat dari
apron (pelataran) menuju
taxiway (landasan gelinding) dan
runway (landasan pacu) tidak menghadapi kendala sama sekali lantaran slot penerbangan semakin sedikit.
Di samping itu, perubahan ini juga membuat tingkat ketepatan waktu (
On Time Performance/OTP) di Bandara Soekarno-Hatta bisa di atas 80 persen.
"Selain karena memang opersional bandara lebih baik, OTP ini juga terjadi karena tidak ada kejadian khusus seperti gunung meletus atau kabut asap," jelas dia.
Hingga saat ini, data AP II menunjukkan arus penumpang pada masa mudik paling tinggi di Soekarno-Hatta terjadi pada H-7 dengan jumlah 206.335 penumpang, atau tumbuh 15 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, arus penumpang pada arus balik sempat memuncak di H+4 dengan jumlah 211.958 penumpang.
(stu/stu)