Di dunia truk, Canter merupakan varian produk Mitsubishi Fuso cukup populer di kelas Light Duty Truck (LDT). Di Indonesia sendiri, truk ini adalah legenda rakyat, yang ceritanya bakal lestari karena terukir di sanubari.

Di Indonesia, Canter juga dikenal juga dikenal Canter adalah nama Colt Diesel. Canter yang usianya sudah 60 tahun ini sudah menjadi jawaban dari kebutuhan konsumen, khususnya di Indonesia, akan kendaraan niaga yang kuat dan telah menjadi produk andalan Mitsubishi Fuso.

Sejak pertama kali mengaspal pada tahun 1975 di jalan-jalan Nusantara, populasi Canter pun telah meningkat hingga lebih dari 1,3 juta unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Tak sulit mencari figurnya sebab ia memang salah satu yang paling sering dijadikan opsi. Jangan kaget bila anda tak akan bisa menyalip Canter di jalanan karena setelah lewat satu, bisa jadi di depan ada lagi dan lagi.

Bagi banyak orang di Indonesia, Canter adalah gaya hidup, teman cari rezeki, lambang kerja keras dan buat yang belum paham dia juga aktor pembangunan bangsa yang terselubung.

Sejarah 60 tahun

Legenda Canter dimulai dari Jepang pada tahun 1963. Saat itu Mitsubishi Fuso melihat adanya kebutuhan truk LDT serba guna yang gampang dioperasikan. Maka lahirlah truk kabin tunggal yang diberi nama Canter T720 yang tersedia dalam dua opsi mesin, yaitu bensin 90 hp dan diesel 68 hp yang menyemburkan tenaga serta torsi ke kedua roda depan.

Nama Canter sendiri berasal dari salah satu teknik berkuda, yaitu sinkronisasi gerakan keempat kaki kuda saat berlari cepat. Canter dipilih buat menggambarkan seekor kuda yang kuat dan gesit.

Ramuan desain truk serba bisa, kuat dan irit yang bersemayam di Canter digemari banyak konsumen. Lantas Canter tumbuh seiring kemajuan infrastruktur jalan di Jepang yang membuat transportasi kargo bisa bergerak lebih cepat dan menempuh jarak jauh.

Mitsubishi Fuso terus menyempurnakan Canter sambil menyesuaikan berbagai Jenis keperluan alat angkut dengan varian mesin. Canter dikembangkan hingga bisa dipakai buat macam-macam keperluan dengan variasi mesin dan karakter radius putarnya yang kecil telah menolong para pebisnis gesit dan efisien di jalanan. Salah satunya dengan memperkenalkan generasi kedua, yaitu Canter T90 series di tahun 1968 disusul dengan generasi ketiga, yaitu Canter T200 pada tahun 1975.

Sejak generasi pertama hingga sekarang, Canter sudah melintasi banyak era, termasuk fase rekonstruksi pembangunan di Jepang, kemajuan perekonomian yang membutuhkan alat transportasi untuk perjalanan jarak jauh dan cepat, serta peralihan ke abad 21 yang mengedepankan teknologi ramah lingkungan untuk netralitas karbon.

Kini, Canter telah memasuki generasi kedelapan dan pada tahun ini usianya genap 60 tahun secara global atau 53 tahun di Indonesia. Tangguh, tahan banting, irit, gampang dirawat dan serba bisa membuat legenda Canter, tak mengherankan, mampu bertahan hingga enam dekade lamanya.

Canter dari masa ke masa

1963 – GENERASI 1
CANTER T720
1968 – GENERASI 2
CANTER T90 Series
1973 – GENERASI 3
CANTER T200 Series
1978 – GENERASI 4
COLD DIESEL FE114*

*) Nama market di Indonesia

1985
CANTER 5th Gen
1993
CANTER 6th Gen
2002
CANTER 7th Gen
2006
CANTER Eco Hybrid
2010
CANTER 8th Gen
2017
eCANTER 1st Gen
2022
eCANTER Next Gen

Canter di Indonesia

Eksistensi Canter di Indonesia ditandai dengan masuknya generasi ketiga Canter global pada tahun 1975. Hanya saja Canter meluncur di Indonesia dengan nama berbeda, yakni Colt Diesel T200, yang akhirnya menjadi nama yang cukup lekat di pengikutnya dan telah lama digunakan sebagai nama komersial di Indonesia.

Kesuksesan dari Colt Diesel T200 diteruskan oleh Mitsubishi Fuso dengan menghadirkan generasi keempat Canter yang diberi nama Colt Diesel FE (FE 101 dan FE 111) pada 1979. Model yang juga punya panggilan umplung ini muncul dengan Ciri khas warna kabin kuning yang membuatnya dijuluki si Kepala Kuning.

Nama Kepala Kuning muncul dari lidah masyarakat karena saking banyaknya peredaran Colt Diesel FE. Bahkan, warna kuning tersebut mendominasi lanskap jalan-jalan di dalam negeri. Inilah cikal bakal kenapa hingga saat ini Canter di Indonesia selalu identik dengan warna kepala kuning.

Penjualan truk ini sejak 1980 hingga 1990 sebanyak 135 ribu unit, lebih dua kali lipat dari total penjualan generasi sebelumnya pada perioder 1975-1979 sebanyak 50 ribu unit.

Mulai 1991 penjualan Colt Diesel FE 3 series dan 4 series dimulai dengan total tujuh varian hingga 2006. Khususnya pada 2005 ada pengembangan model bersama pembaruan desain kabin yang diberi nama Ragasa.

Pada 2007 model berganti menjadi Colt Diesel FE 7 series dan FE 8 series yang ditandai penggunaan mesin turbo intercooler dengan spesifikasi Euro 2. Sepuluh tahun kemudian, di 2017, Canter mendapatkan Rekor MURI ‘Pencapaian Penjualan Satu Juta Unit Kendaraan Niaga Mitsubishi Fuso di Indonesia’.

Pada 2017 juga pertama kalinya dipamerkan truk listrik eCanter berupa konsep prototype di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) dan setelah itu secara resmi dibawa kembali pada tahun 2020 pada momen Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2020.

Usia Canter di Indonesia sudah 53 tahun. Semenjak unit pertama terjual hingga sekarang, sudah ada lebih dari 1,3 juta unit yang dibeli konsumen Indonesia.

Sedari dulu Canter menguasai pasar LDT di dalam negeri. Dominasinya terlalu perkasa dan bakal langgeng untuk jangka waktu yang lebih lama.

“Di zamannya Canter itu langsung begitu melegenda, mulai tahun 80-an, kepala kuning julukannya, sekarang jadi ikon kita. Sampai sekarang 53 tahun khusus Canter saja market share Light Duty Truck kita masih di atas 50 persen” kata Sudaryanto, General Manager Business Communication PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors.

“Itu 53 tahun bayangkan enggak ada yang bisa ngalahin sampai sekarang,” ucap Sudaryanto.

Bukti Canter

Kunci utama kejayaan Canter datang dari kehadirannya sebagai solusi, misalnya menyelesaikan perkara pengiriman logistik yang sulit dilakukan seperti pengangkutan cabai. Jenis bahan makanan ini adalah bumbu kegemaran lidah orang Indonesia, tapi karena cepat kering hingga busuk cabai mesti cepat dikirim ke pasar.

Performa dan daya angkut besar Canter jadi kartu As bagi pebisnis cabai dan pelaku usaha lain yang sensitif waktu dan jarak tempuh. Keandalan Canter membahana, terutama di Pulau Jawa, sampai muncul istilah 'ora Canter, ora banter' karena pengiriman baru tuntas setelah pakai Canter.

Satu keunggulan Canter lain yang sering diucapkan konsumen adalah gampang dirawat dan resale value tinggi. Reputasi ini diakui oleh konsumen retail, kelompok pembeli sebagai pemakai langsung yang nyetir dan merawat sendiri.

Canter Mania adalah bukti eksistensi Canter yang persisten di Indonesia. Seiring laku dan terkenalnya Canter di Indonesia, banyak orang menggemari truk ini. Penyukanya bukan hanya dari kalangan konsumen, tetapi lebih luas. Kemudian sebagian dari mereka berkumpul di komunitas.

Karakter anggotanya pun beragam profesi, mulai dari sopir, pemilik perusahaan, tukang onderdil, montir, pejabat, bahkan anggota komunitas lain yang juga pecinta Canter.

Selain jadi lokasi kumpul handai tolan, Canter Mania juga menjelma jadi tempat konsultasi hingga pusat bantuan dalam kondisi darurat. Hari apa pun, jam berapa pun, jika anggota ada yang mengalami masalah di jalanan maka anggota lain sigap membantu.

“Saya punya yang 2009, itu masih kuat angkut berat. Beli satu dipakainya lama karena onderdilnya gampang dicari.”

Presiden Komunitas Canter Mania

Bagi para sopir aksi sosial berbasis pertemanan ini sangat membantu, walau sebelumnya tak pernah tatap muka rasa persaudaraan muncul dari keharmonisan Canter Mania.

Bukan cuma itu, setiap koridor memiliki setidaknya satu basecamp yang jadi lokasi kumpul para anggota dari penjuru mana saja. Tempat ini bisa dipakai jadi tempat istirahat atau terkadang malah jadi sumber rezeki sebab bisa jadi ada orderan antar barang dari perbincangan sambil seruput kopi.

Andalan Masa Depan (eCanter)

Canter yang beredar di Indonesia saat ini adalah Euro 4. Ini jadi bukti produk ini bergerak mengikuti perkembangan zaman dan terus menjadi teman bisnis sejati.

Mulai tahun depan, truk listrik eCanter juga bakal dijual di Indonesia. Strategi ini merupakan langkah awal transisi kendaraan komersial Fuso menjadi lebih intim sebagai sobat lingkungan.

Upaya elektrifikasi truk Fuso sebenarnya sudah dimulai sejak 2006 ketika generasi pertama Canter Eco Hybrid dijual di Jepang. Kemudian generasi keduanya muncul pada 2012.

Langkah Fuso berlanjut ke generasi pertama truk listrik eCanter yang diluncurkan pada 2017, model truk listrik pertama yang diproduksi di Jepang dan menjadikan Fuso pelopor mobilitas energi bersih.

Pada September 2022 Fuso memperkenalkan generasi kedua eCanter dan penjualannya secara global direncanakan dimulai 2023.

Di Indonesia, eCanter pertama kali diperkenalkan pada 2020 diikuti studi kelayakannya di dalam negeri. Kemudian generasi kedua eCanter melantai di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada Agustus 2023 dan siap diluncurkan satu tahun kemudian.

Generasi kedua eCanter membawa berbagai macam penyempurnaan, salah satunya eAxle yang diposisikan di roda belakang hingga bikin desain baterai bisa lebih fleksibel sesuai kebutuhan.

eCanter ini tersedia tiga ukuran baterai, yaitu S 41 kWh untuk jarak tempuh 70-100 km, M 83 kWh 120-150 km dan L 124 kWh 170-220 km. Sama seperti warisan Canter yang dinamis dan serba guna, spesifikasi eCanter dapat disesuaikan kemauan para pengguna.

Reputasi Canter tak datang dipaksa tetapi ditulis satu-satu oleh para konsumennya. Enam dekade sudah berlalu, tapi Canter tetap jadi andalan bisnis nomor satu dan sedang disiapkan agar terus begitu.