Bisakah Manusia Hidup dengan Paru-paru Setengah seperti SYL?

CNN Indonesia
Kamis, 21 Mar 2024 09:47 WIB
Beberapa kondisi membuat seseorang terpaksa hidup dengan paru-paru setengah seperti Syahrul Yasin Limpo. Namun, bagaimana jadinya hidup dengan satu paru-paru?
Ilustrasi. Pada dasarnya, manusia tetap bisa hidup dengan paru-paru setengah seperti Syahrul Yasin Limpo. (ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)
Jakarta, CNN Indonesia --

Beberapa orang harus terpaksa hidup dengan satu paru-paru. Tengok saja mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang mengajukan pemindahan rumah tahanan karena kondisi paru-parunya yang tinggal setengah.

Pertanyaannya, bagaimana jadinya hidup dengan paru-paru setengah seperti Syahrul Yasin Limpo (SYL)?

SYL mengeluhkan kondisi paru-parunya. Ia mengaku kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen di rutan KPK yang ditempatinya saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Izin yang mulia, kebetulan saya sudah operasi besar beberapa tahun lalu dan paru-paru saya tinggal setengah. Jadi ada cancer, dipotong di situ [paru-paru]," ujar SYL di depan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (20/3), mengutip detiknews.

Paru-paru merupakan salah satu organ vital tubuh. Namun demikian, beberapa kondisi membuat seseorang harus menjalani prosedur pengangkatan paru-paru.

ADVERTISEMENT

Pada dasarnya, seseorang bisa saja hidup hanya dengan paru-paru setengah seperti Syahrul Yasin Limpo. Namun demikian, memiliki satu paru-paru akan membatasi kemampuan fisik seseorang seperti berolahraga.

Mengutip Medical News Today, tubuh punya kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan melalui berbagai cara. Misalnya, paru-paru yang tersisa akan sedikit mengembang untuk menempati ruang yang ditinggalkan oleh paru-paru yang hilang.

Dengan begitu, sering waktu berjalan tubuh akan belajar mengganti kehilangan oksigen yang terjadi.

Namun, kondisi ini membuat seseorang tak akan memiliki kapasitas paru-paru penuh. Siapa pun yang terpaksa hidup dengan satu paru-paru harus bisa beradaptasi dengan perubahan ini.

Beberapa kondisi medis membuat seseorang harus menjalani pneumonektomi atau operasi pengangkatan salah satu paru-paru. Misalnya saja cedera traumatis di area paru, TBC, infeksi jamur, penyakit paru bawaan, komplikasi akibat merokok, kanker, dan brokiektasis.

Bahaya hidup dengan paru-paru setengah

ilustrasi rontgen paruIlustrasi. Ada risiko hidup dengan paru-paru setengah seperti Syahrul Yasin Limpo. (iStockphoto/Chinnapong)

Meski bisa dilakukan, namun hidup dengan hanya satu paru-paru menimbulkan beberapa risiko.

Sebuah studi mencatat bahwa pneumonektomi merupakan prosedur medis berisiko tinggi yang bisa memicu komplikasi hingga kematian.

Berikut beberapa risiko komplikasi operasi pengangkatan paru-paru:

- gagal napas,
- pendarahan dan syok,
- aritmia atau detak jantung tidak beraturan,
- menurunnya aliran darah,
- embeli paru atau pembekuan darah di paru-paru,
- radang paru-paru.

Selama masa pemulihan dan setelahnya, orang yang menjalani pneumonektomi harus menyadari keterbatasannya. Pasien juga biasanya akan disarankan untuk menurunkan tingkat aktivitasnya.

Beberapa hal berisiko membuat seseorang merasa sesak pasca-pneumonektomi. Aktivitas sehari-hari seperti bangun dari tempat tidur dan menaiki tangga juga bisa memicu rasa lelah berlebih.

Demikian penjelasan mengenai apa yang terjadi jika hanya hidup dengan paru-paru setengah seperti Syahrul Yasin Limpo.

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER